astaghfirullah,, astaghfirullah, astaghfirullah,,,
saya baru saja mendapatkan bencana,, yang mungkin harus menjadi perenungan untuk diri saya.
Sore tadi hujan lebat bercampur badai meliputi Solo, termasuk di FK UNS. Saya sedang berada di ruang sekre KASTRAT (organisasi penelitian di FK) dengan maksud ingin beres2 sebelum hujan karena takut banjir. Belum selesai beres2, hujan lebat turut disertai badai yang sangat kencang. “Braaaaakk,, !!!!” Suara keras dan mengagetkan itu ternyata suara pohon di dekat sekre yang ambruk. Kaget sekaligus lega karena tempat jatuhnya sangat mepet dengan letak motor saya. Tidak lama kemudian lampu mati membuat suasana bertambah gelap karena sudah mendekati waktu maghrib. Lalu, mulailah bencana bagi saya. “Braaaakkk!!” pohon yang lain tumbang dan pas mengenai motor saya. Saya panik dan bingung. Bagaimana tidak, itu satu-satunya motor di keluarga kami. Benar-benar kurang benruntung, karena motor yang satunya pun sangat nyaris kena.
Perasaan sudah gak karuan, bingung harus begaimana nanti menghadapi Papa, yang pastinya marah besar. Ingin menangis, tp tdk mungkin, masak menangis di sembarang tempat. Sudah membayangkan rencana yang tidak-tidak akibat puus asa dan takut dimarahin. Benar-benar sangat tersiksa tadi. Hanya bisa berdo’a dan berdoa, memohon ampun dan memohon yang terbaik. Selesai sholat maghrib, hanya bisa duduk terdiam, sambil menanti titik terang. Belasan sms saya layangkan ke HP Mama dan Papa, sambil sdkit takut dengan tanggapan mereka. Namun tak kunjung dibalas. “Tut,,” tanda handphone lowbatt. Oh tidaaakk,, rasanya ingin menjerit, disaat seperti jangan sampai handphone mati. Bagaimana bisa saya mencari pertolongan. Tak lama, handphone berbunyi, panggilan masuk. Terdengar suara wanita yang sangat lembut, Mama. Begitu menenangkan kata-katanya, itulah yang saya butuhkan saat itu. Mulai sedikit tenang. Kemudian, saya kembali ke sekre menyusul adik tingkat yang sudah duluan kembali.
Tidak ada yang bisa saya perbuat. Hanya memutari pohon yang menimpa motor, sembari berfikir, apa yang bisa dilakukan. Kemudian ada ide, untuk sms salah satu teman cowok di kampus. Setelah terkirim, tiba-tiba handphobe mati sudah tidak punya daya lagi untuk menyala. Lalu, saya meminjam batrei milik adik angkatan, Alhamdulillah satu jenis. Handphone kembali lagi saya nyalakan. Tak lama, teman yang saya hubungi tadi menelpon, untuk menanyakan kondisi dan akan mencarikan bantuan. Syukur Alhamdulillah. Kamudian, teman cewek saya tak sengaja datang dan melihat saya. Kemudian dia dan temannya ikut membantu, memanggilkan bapak tukang untuk mengangkat pohon yang menimpa motor saya tadi. Selang beberapa menit, handphone bordering lagi, ternya Papa. Benar-benar membuatku kecewa, saya langsung dijejali pertanyaan “mengapa” dan malah dimarah-marahi. Ciut nyali saya, rasa takut itu pun muncul kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar