Cari Blog Ini

Minggu, 21 Agustus 2011

Berprestasikah akuuuu ?????


IP, Indeks Prestasi. Secara harafiah IP memang menentukan prestasi sesorang. Prestasi dalam hal apakah ini? Pasti lah mengacu kepada akademis. Seseorang yang memiliki IP tinggi selalu disebut mahasiswa yang berprestasi. Memang benar, tapi tidak sepenuhnya benar. Kenapa begitu? Prestasi itu tidak hanya mengenai nilai ujian bagus, tapi mencakup seluruhnya termasuk bagaimana mengaplikasikan ilmu tersebut. Nilai merupakan hasil akhir, namun tidak bisa menunjukkan bagaimana proses nya. Syukur-syukur kalau itu hasil kerja kerasnya dalam belajar. Bagaimana kalau hasil dari mencontek?? Apakah masih bisa dikatakan “berprestasi”??? Nah loo,,


Hampir semua mahasiswa ngedrop gara-gara IP jelek atau turun dibanding sebelumnya, termasuk saya sendiri. Dulu saya selalu menganggap IP sebagai gold standar suatu keberhasilan. Saat semester-semester awal, saya merasa masih di atas awan karena IP dan IPK cumlaude. Namun, pada semester berikutnya ternyata IP saya turun setapak demi setapak. Pikiran mulai galau dan selalu ngedrop bahkan minder. Padahal saya pikir, saya sudah belajar dan berusaha. Sejak saat itu saya mulai kehilangan kepercayaan diri saya. Saya meng-underestimate dan selalu menganggap bodoh diri sendiri, tidak berkompeten, dan lain sebagainya.

Setiap saat saya selalu merenung dan introspeksi diri. Kemudian saya mulai mencari pembanding. Saya tanyai teman-teman yang saya anggap berprestasi. Namun, ternyata IP mereka tidak semuanya bagus. Bahkan rata-rata teman yang sering mengikuti lomba keilmiahan malah memiliki IP yang tidak terlalu tinggi. Padahal saya lihat justru mereka itulah yang sering mengaplikasikan ilmu yang didapat. Hmm,, saya jadi berpikir ulang tentang hipotesa saya tadi, IP adalah gold standar. Sepertinya perlu dikaji ulang.

Namun, hal tersebut bukan berarti kalau IP tergolong rata2 bahkan jelek lantas bersantai2 dan menganggap enteng looh,, Justru seharusnya itu sebagai evaluasi untuk jadi lebih baik, tapi jangan sampai bikin stress juga. Dan juga perlu diingat bahwa aplikasi tetaplah yang terpenting. Teringat ucapan salah seorang dokter penguji ketika ujian praktek skill dokter. Beliau sempat mencaci saya, katanya saya cuma “dokter hafalan”. Wah, menusuk sekali. Tapi saya yakin, ada maksud mendidik dalam ucapan dokter tersebut.

“Dokter hafalan”. Hmmm,, mungkin memang itulah hasil belajar saya selama ini, score oriented. Jangan sampai lah besok saya menjadi seperti itu.

Itulah salah satu contoh begitu pentingnya sebuah aplikasi dari ilmu yang kita dapat. Jika kita sudah dapat mengaplikasikannya, secara tidak langsung ilmunya pun kita sudah menguasainya. Namun, jangan diibalikkan juga, nilai itu tidak penting, yang penting bisa mengaplikasikannya. Nilai juga punya nilai penting untuk kedepannya, yaitu saat mencari sekolah sarjana di tingkat selanjutnya.

Jadi nilai dan aplikasi haruslah tetap menjadi pasangan seumur hidup. Namun, IP melorot tidak akan menjadikan dunia kiamat karena nilai itu evaluasi, bukan hasil mutlak. Ingat, ada si “aplikasi” yang akan menjunjung. ^.^

PRESTASI = nilai + aplikasi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar